Subscribe to RSS Feed

Senin, 28 Februari 2011

resensiHarry Potter, The Deathly Hallows Part

Sinopsis Harry Potter 7. Petualangan sang penyihir berlanjut dengan dirilisnya film Harry Potter and The Deathly Hallows Part 1. Film ini masih tetap bernuansa gelap, lebih suram daripada film Harry Potter sebelumnya. Ingin tahu kisahnya, simak berikut ini.
Harry Potter and The Deathly Hallows dimulai dengan memperlihatkan kekacauan dunia sihir dan dunia muggle sepeninggal Dumbledore. Kementrian Sihir diambil alih Death Eater (alias Pelahap Maut), muggle dan penyihir “berdarah lumpur” ditangkap dan dibunuh, bahkan demi melindungi keluarganya, Hermione sampai harus menghapus dirinya dari ingatan kedua orang tuanya.

harry-potter-7
Berlanjut ketegangan di 30 menit pertama sudah ada satu tokoh yang tewas, dan satu lagi yang terluka parah. Bahkan pesta pernikahan Bill Weasley dengan Fleur Delacour pun tak berhasil menciptakan suasana suka cita di kediaman keluarga Weasley.
Dari situ, fokus film berpindah pada petualangan Harry, Ron, dan Hermione mencari dan menghancurkan horcrux. Horcrux adalah jimat berisi potongan jiwa Lord Voldemort -total berjumlah tujuh buah - yang jika semuanya berhasil dihancurkan, tamatlah riwayat Sang Pangeran Kegelapan. Tentunya mencari horcrux bukan hal yang mudah, karena tak ada satu pun dari mereka yang tahu apa bentuk horcrux-horcrux tersebut. Dan jika sudah berhasil ditemukan pun, tak ada yang tahu bagaimana cara menghancurkannya.
Situasinya makin rumit karena kali ini tiga sekawan penyihir ini tak mendapat bantuan sama sekali dari pihak luar, bahkan dari keluarga mereka sendiri. Harry dkk terpaksa tinggal di tenda, berpindah-pindah tempat supaya tak mudah terlacak. Maklum saja, wajah Harry sudah tersebar di seluruh penjuru kota dalam selebaran bertuliskan ‘Wanted’.
Masalah juga timbul saat Ron - yang diam-diam jatuh cinta pada Hermione - merasa cemburu dengan kedekatan Harry dan gadis pujaannya. Beban Ron di perjalanan ini memang tak ringan. Bukan saja merasa tersisih dari Harry dan Hermione yang sering menghabiskan waktu bersama, Ron juga tak pernah melepaskan pendengarannya dari siaran radio gerilya. Radio ini tak memutarkan musik, melainkan memberi informasi tentang siapa saja penyihir yang dinyatakan hilang, dan siapa saja yang terbunuh.
“Aku mendengarkan untuk memastikan nama Ginny, Fred and George, atau ibuku tak disebut,” ujar Ron saat Harry memintanya mematikan radio.
Heart-breaking, isn’t it?
Tapi jangan khawatir, di tengah segala kesedihan dan ketegangan film, kita masih akan dibuat tertawa dengan humor-humor khas Harry Potter. Pengocok perut paling utama tentu saja adalah Ron, yang dari dulu dikenal suka melontarkan pernyataan-pernyataan konyol. Belum lagi usahanya memikat hati Hermione yang bukan jadi romantis tapi malah mengundang tawa.
Lalu jika Anda masih membayangkan Harry dkk sebagai bocah-bocah imut siswa sekolah Hogwarts, hapuskan imej itu dari pikiran Anda. Daniel Radcliffe kini berusia 21 tahun, Rupert Grint — pemeran Ron — sudah pernah melakukan adegan sex di film Cherry Bomb (2009), sedangkan Emma Watson… Ah, masih perlukah saya beri tahu seperti apa rupa Emma Watson saat ini?
Satu lagi penanda tiga penyihir ini sudah beranjak dewasa adalah adegan ciuman yang semakin “berani”. Bukan lagi sekadar kecupan di bibir, tapi french kiss panjang dan penuh gairah, yang menampilkan Emma Watson topless.

RESENSI FILM: WHEN WE LEAVE - KANDIDAT NOMINASI OSCAR UNTUK KATEGORI FILM BERBAHASA ASING TERBAIK

(INDEPENDENT ARTISTS FILMPRODUKTION)
(INDEPENDENT ARTISTS FILMPRODUKTION)
(Epochtimes.co.id)
Seperti banyak imigran Turki lainnya, Umay datang ke Jerman untuk mencari kehidupan yang lebih baik bagi dirinya dan putranya Cem. Dalam kasus mereka, itu berarti melarikan diri dari suaminya yang kejam, Kemal. Sayangnya, ia menemukan bawaan tradisional dari negara asalnya sulit untuk digoyahkan dalam When We Leave karya FeO Aladag, film Jerman yang layak mendapatkan Oscar untuk kategori bahasa asing terbaik.
Karena susunan bingkai film, kita mulai dengan asumsi keberhasilan tidak akan berpihak pada Umay. Sebenarnya, kita tidak tahu. Sebagai perempuan sangat cantik, suami Umay menggunakan dirinya sebagai budak domestik. Namun, ketika dia juga mulai meneror putra mereka, Umay memutuskan untuk melarikan diri.
Pada awalnya, keluarganya di Jerman sangat senang melihatnya, tetapi mereka terus bertanya tentang Kemal. Ketika ayahnya, Kader, dan kakaknya yang lebih tua, Mehmet, mengetahui kebenaran, mereka [kecewa].
Meskipun sanggahan Umay, Kader tetap menganggap bahwa Umay harus kembali ke pemilik sahnya atau menganggap dirinya diusir dari keluarga. Sementara Umay harus melindungi diri dan anaknya, dia tidak bisa kembali pada keluarga yang pernah dicintainya dulu. Sayangnya, peringatan dari temannya secara tragis terbukti benar — keluarganya selalu akan memilih komunitas mereka daripada seorang anak perempuan belaka.
Leave adalah sebuah film yang benar-benar intens yang secara jelas menggambarkan segala macam kejahatan yang dilakukan atas nama kehormatan. Kita menyaksikan pelecehan pasangan, upaya penculikan, mengintai, dan lebih buruk. Namun, bagi Umay, isolasi emosional bagi keluarganya adalah yang paling sulit untuk ditanggung.
Sibel Kekilli yang sangat cantik sepatutnya memenangkan penghargaan aktris terbaik pada Tribeca Film Festival tahun lalu untuk perannya sebagai Umay yang mengiris hati. Sebagai seorang pendukung aktif Terre de Femmes, organisasi Jerman berbasis nirlaba yang didedikasikan untuk perempuan Muslim yang mengalami kekerasan fisik, Kekilli jelas menggambarkan kehidupan nyata dalam aktingnya yang memukau. Sulit untuk menonton saat perannya sebagai Umay diludahi (secara harfiah dan kiasan) oleh keluarganya yang dahulu mencintainya.
Keakraban pendekatan Aladag secara mendalam menangkap kedalaman nuansa tak terkatakan yang terjalin di antara karakter-karakter. Dia juga memunculkan beberapa karya yang cukup tercapai dari para pemain pendukung. Sebagai Stipe (kekasih Umay berwarga Jerman), Florian Lukas menambahkan sedikit kedalaman pada bagian yang dapat dengan mudah dicap sebagai orang baik.
Namun barangkali giliran paling mengejutkan datang dari Settar Tanriƶgen sebagai ayah Umay yang sakit, membangkitkan rasa kesedihan yang tinggi melalui sikap pengecut dan kepatuhan Kader.
Terus terang, bisa dikatakan ini agak menjadi skandal bahwa Leave bahkan tidak berada dalam daftar sembilan film Oscar untuk kategori bahasa asing terbaik. Ini adalah film yang kuat, menampilkan kinerja Kekilli yang sungguh berani.  (Joe Bendel / The Epoch Times / yan)

Jumat, 25 Februari 2011

dmassive

d'Masiv adalah band yang terbentuk di Ciledug pd tanggal 03 Maret 2003. sekumpulan anak muda yang gemar bermain musik rajin ikut festival dan parade band yang pernah ada dan menjadi bintang tamu dalam beberapa event musik yang ada di jakarta&sekitarnya. Mereka adalah:
Vocal:Rian Ekky Pradipta
(Rian)
Lahir di Jogjakarta 17 Nov 86
Guitar:Dwikky Aditya Marsall (Kiki)
Lahir di Jogjakarta 23 Nov 88
Guitar:Nurul Damar Ramadhan
(Rama)
Lahir di Jakarta 2 Mei 87
Bass:Rayyi Kurniawan I.D.
(Rai)
Lahir di Jakarta 3 Mar 88
Drum:Wahyu Piadji
(Why)
Lahir di Jakarta 1 Feb 87
Setelah menjelajahi berbagai festival yang ada akhirnya d'Masiv mengakhiri pertempurannya di ajang festival dengan menjuarai Festival Musik akbar yang diselenggarakan oleh Deteksi Prod, disponsori oleh A mild (Sampoerna), dan didukung oleh Musica Studio yang dinamakan A Mild Live Wanted. Alhamdulillah d'Masiv berhasil menjadi 1st Winner dari A Mild Live Wanted Rising Star ., d'Masiv telah Mengeluarkan album PerdanaNya yg bertitle PERUBAHAN with hits single 'CINTA INI MEMBUNUHKU', 'DI ANTARA KALIAN', 'DIAM TANPA KATA', dsb,. sebagai hadiah utama dr memenangkan ajang A Mild Live Wanted ini. Semoga kehadiran d'Masiv dibelantika musik Indonesia dpt diterima oleh masyarakat & memberi perubahan positif secara universal bwt musik

Kamis, 24 Februari 2011

Safee: Saya Inginkan Keharmonisan Indonesia-Malaysia

Jumat, 18 Februari 2011 | 07:02 WIB
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
JAKARTA, KOMPAs.com — Dalam dua periode, striker nasional Malaysia, Mohd Safee Sali, menjadi perhatian publik Indonesia. Pertama karena tiga golnya di final Piala AFF 2010 yang membuat Indonesia kalah. Kedua, dia tiba-tiba meninggalkan klubnya, Selangor FC, untuk bergabung dengan Pelita Jaya.
Safee merupakan figur sentral di balik keberhasilan "Harimau Malaya" meraih gelar di ajang terbesar Asia Tenggara tersebut untuk pertama kalinya. Bahkan, ia menjadi pencetak gol terbanyak dengan lima gol yang dikemasnya pada ajang tersebut. Tiga dari lima gol tersebut ia cetak ke gawang Indonesia pada partai final.
Sekitar dua bulan kemudian, Safee membuat publik Indonesia terkejut. Pemain yang sudah dikarunia dua anak itu tiba-tiba memutuskan hengkang dari Selangor FC untuk membela Pelita Jaya (PJ) pada musim ini. Keputusan Safee memilih Pelita tambah membuat publik bertanya-tanya. Apalagi, prestasi Pelita tengah terpuruk karena berada di dasar klasemen Indonesia Super League (ISL). Bandingkan dengan Selangor FC yang kini berada di empat besar Liga Malaysia.
Padahal, ia sebenarnya juga diperebutkan oleh dua klub, yakni Persib Bandung dan Persiba Balikpapan, yang prestasinya sedikit lebih baik daripada "The Young Guns", julukan Pelita. Lalu apa yang menjadi alasan Safee memilih Pelita sehingga ia harus rela memutus kontraknya yang baru berusia sebulan bersama Selangor? Apakah Safee memilih Pelita semata-mata karena materi?
Seusai menjalani latihan perdana bersama Pelita di POR Pelita Jaya, Sawangan, Depok, Kamis (17/2/2011), Safee membeberkan tujuan dan motivasinya hijrah ke Indonesia kepada wartawan Kompas.com, Ferril Dennys Sitorus dan fotografer Kristianto Purnomo. Berikut petikan wawancaranya.
Anda terlihat seperti kelelahan dalam latihan tadi?
"Selepas dari cuti, saya agak kepenatan. Selepas dari training memang stamina saya agak menurun. Saya coba menyesuaikan diri dengan keadaan training di sini. Saya tampak amat bagus dengan cara permainan dari PJ."
Kamu membuat keputusan berani memilih Pelita. Apa yang mendasari keputusan itu?
"PJ sebuah klub besar. Saya mengikuti perkembangan PJ di internet dan saya juga mengikuti perkembangan klub lain juga di internet. Saya tengok Roger Milla dan Mario Kempes pernah bermain di sini. Fandi Ahmad pernah menjadi juru latih di sini. Itu yang membuat saya lebih tertarik."
Padahal, kamu sempat dihubung-hubungkan akan hijrah ke Persib?
"Bukan! Saat itu media bertanya saya mau pergi ke klub mana. Saya cakap sudah mengenali Persib itu sendiri. Sebab, Selangor dengan Persib sudah main friendly match. Sejujurnya saya cakap dengan media, saya mengenali corak permainan dan suasana di Persib. Bukan saya mau terus ke Persib. Media sudah salah artilah dengan pernyataan saya."
Apakah karena uang kamu akhirnya memilih Pelita?
"Enggak! Enggak, yah! Bukan semata-mata karena uang. Saya mau belajar sesuatu di sini. Sebab, saya tengok, di sini mempunyai suatu liga yang tarafnya lebih tinggi dari liga Malaysia dari segi rangking AFC. Kalau melihat rangkingnya, Indonesia berada di peringkat kedelapan. Malaysia peringkatnya jauh ke bawah. Indonesia di bawah Jepang. Di atas Indonesia, liga Australia."
Apakah Selangor bersikukuh mempertahankan kamu mengingat kamu top scorer di Piala AFF?
"Enggak! Sebab, saya sudah bincang dengan Selangor, saya mau belajar sesuatu di luar negeri dan saya ingin keluar dari Selangor. Saya meminta Selangor kalau boleh membantu saya belajar di luar. Hasil dari perbincangan majelis tinggi Selangor, mereka melepaskan saya dengan rela hati."
Lalu, Selangor melepasmu karena kemampuanmu sudah hampir menurun?
"Bukan karena itu. Mereka memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar sesuatu yang baru. Mereka juga ingin menunaikan hajat saya sebagai pemain profesional bermain di luar."
Setelah kamu memutuskan hijrah ke Indonesia, Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) meminta kepada pemain lain untuk bertahan guna meningkatkan kualitas liga Malaysia. Apa pendapat Anda soal ini?
"Saya kurang setuju. Mereka tidak melihat lebih mendalam liga Indonesia ini. Padahal, Indonesia memiliki (jatah) lima pemain import, sedangkan di Malaysia tidak ada. Persaingan lebih kuat daripada Malaysia. Saya tidak setuju dengan pendapat daripada FAM itu sendiri karena di sini adalah suatu permulaan untuk belajar."
Siapa yang paling berjasa membawa Anda ke PJ?
"Yang paling berjasa sekali adalah Selangor. Datuk Hamidin (Sekretaris Selangor FC) banyak membantu saya ke sini dan menjalin persahabatan dengan PSSI."
Target pribadi bersama Pelita?
"Pertama kali saya ingin membantu PJ naik ke urutan yang baik dalam liga. Terlebih, saya ingin menciptakan satu gol di setiap pertandingan."
Bagaimana soal intimidasi yang kemungkinan akan kamu dapatkan pada setiap pertandingan? Kamu siap menghadapi intimidasi tersebut?
"Saya hanya ingin bermain sukan demi semangat kesukanan. Hanya ingin menang. Bagi saya, perasaan emosinal perlu diketepikan. Sebab, kita satu rumpun. Kita harus menjalin persahabatan yang baik antara Indonesia dan Malaysia. Saya berharap tidak ada isu lain yang perlu dibangkitkan."
Siapa pemain Indonesia yang kamu segani terutama pemain bertahan?
"Kalau bek, saya kira Nova Arianto. Nova bagus. Saya pernah bermain dengan Nova waktu di Surabaya pada tahun 2007. Dengan cara permainan dan fisik yang lebih besar, Nova agak sukar."
Bermain di Indonesia, apakah impian Anda?
"Impian saya bermain di luar daripada Malaysia terutama di Indonesia. Bagi saya bermain di Indonesia merupakan penghargaan yang bagus. Saya pun boleh menjalankan persahabatan dengan Indonesia."
Sejauh mana kamu mengetahui sepak bola Indonesia?
"Banyak yang saya tahu. Permainannya, suasana pendukung, keseriusan, dan profesionalitas di Indonesia membuat saya tertarik. Macam, Indonesia lebih menerapkan profesionalisme tiap klub dan saya tahu cara permainan fisik di Indonesia. Saya tahu permainan di sini lebih fisikal dan keras."
Sebetulnya, apa yang kamu cari dari sepak bola Indonesia?
"Sebagai langkah permulaan saya. Indonesia dengan Malaysia tidak jauh beda dari bahasa, segi budaya, segi makanan. Saya pikir kalau saya ke sini, saya boleh menjalin persahabatan Indonesia-Malaysia karena kita adalah satu rumpun. Saya mau ke sini karena suasana tidak jauh berbeda dengan Malaysia."
Katanya, kamu memiliki kedekatan historis dengan Indonesia?
"Nenek moyang saya berasal dari sini. Orangtua saya bisa ngomong (bahasa) Jawa. Saya tak bisalah. Darah Indonesia ada dalam darah daging saya juga."
Apakah hal itu akan menjadikan Indonesia sebagai pelabuhan terakhir kariermu?
"Kita enggak tahu di masa depan bagaimana. Tapi, mungkin."
Cita-cita kamu bermain sepak bola?
"Dari umur sepuluh tahun, saya sudah bermain sepak bola. Saya sudah bermain untuk wakil sekolah. Pada umur 11 dan 12 tahun, saya sudah wakil peringkat negeri. Saya ingin meningkat dan kemudian saya masuk sekolah sukan. Di sana saya naik peringkat demi peringkat umur. Saya mewakili pasukan junior kebangsaan pada umur 19 tahun."
Momen terburuk dan momen indah dalam kariermu?
"Momen terburuk, pernah menjalani operasi pada dua kaki saya. Satu kaki saya absen enam bulan dan satu kaki lagi enam bulan. Namun, hal ini tidak memengaruhi permainan saya."
Momen paling membahagiakan?
"Membawa Malaysia menjuarai Piala AFF 2010. Itu adalah satu tahap tertinggi bagi diri saya dalam karier di bola sepak."
Siapa yang paling berpengaruh dalam kariermu?
"Dari segi famili, orangtua saya yang memberikan sokongan."
Sampai umur berapa kamu bermain sepak bola?
"Mungkin umur 34 atau 35 tahun."

The Jak Curigai Ulah Pendukung Nurdin

Jumat, 25 Februari 2011 | 12:46 WIB
KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES
Suporter Persija Jakarta (The Jakmania) dihalau petugas saat bentrok dengan massa anti-Nurdin Halid di Jalan Pintu Satu Senayan, Jakarta, Kamis (24/2/2011). Bentrokan terjadi setelah kedua kubu terlibat aksi saling ejek.
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum The Jakmania Larico Ranggamone menegaskan, organisasinya dimanfaatkan oleh kelompok pendukung Nurdin Halid saat terjadi penyerangan terhadap suporter yang menuntut revolusi PSSI.
Kerusuhan antarsuporter itu di Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kamis (24/2/2011). Beberapa orang yang mengenakan seragam oranye, warna khas Persija Jakarta, memprovokasi suporter anti-Nurdin yang hendak menggelar unjuk rasa di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Kericuhan pun tak dapat dihindari.
"Keputusan organisasi kami, tidak menurunkan The Jak pada aksi kemarin. Kami pastikan itu bukan The Jakmania," kata Larico, Jumat (25/2/2011).
Larico mencurigai kericuhan tersebut merupakan upaya massa pendukung Nurdin Halid untuk memecah-belah aksi suporter yang tengah menuntut revolusi PSSI. "Bentrokan tersebut merupakan bagian dari skenario besar untuk mencemarkan nama baik The Jakmania. Selama lima tahun, kami sudah tegas menyatakan oposisi terhadap kepemimpinan Nurdin Halid," ujar Larico.
Hari ini para suporter diperkirakan akan kembali menggelar unjuk rasa di Kantor PSSI. Secara umum, mereka menuntut revolusi PSSI dan Nurdin Halid lengser dari jabatannya. Aksi yang sama juga terjadi di kota-kota lain, seperti Palembang, Padang, dan Makassar.

Cinta Sejati Oleh cK

Cerita ini merupakan kisah nyata seorang tante yang saya temui di Bali, tetapi detail yang saya sebutkan mungkin tidak sesuai dengan kisah aslinya. Saya menuliskan apa yang saya tangkap dari yang diceritakan tante. Sebut saja Ami (bukan nama sebenarnya). Tante Ami bercerita mengenai pengalaman hidupnya ketika masa kuliah.
Sekitar dua puluh tahun yang lalu, Ami sedang menjalankan semester terakhir dan berusaha menyelesaikan skripsi. Disaat itu pula, 2 minggu yang akan datang, Ami akan dipersunting oleh seorang pria yang bernama Iman (bukan nama sebenarnya).
Ami dan Iman telah berpacaran selama 7 tahun. Iman merupakan teman SD Ami. Mereka telah kenal selama 14 tahun. Masa 7 tahun adalah masa pertemanan, dan kemudian dilanjutkan ke masa pacaran. Mereka bahkan telah bertunangan dan 2 minggu ke depan, Ami dan Iman akan melangsungkan ijab kabul.
Entah mimpi apa semalam, tiba-tiba Ami dikejutkan oleh suatu berita.
Adiknya Iman: Mbak Ami, Mbak Ami. Mas Iman…Mas Iman….kena musibah!
Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un…
Saat itu Ami tidak mengetahui musibah apa yang menimpa Iman. Kemudian sang adik melanjutkan beritanya…
Adiknya Iman: Mas Iman…kecelakaan…dan..meninggal…
Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un…
…dan Ami kemudian pingsan…
Setelah bangun, Ami dihadapkan oleh mayat tunangannya. Ami yang shock berat tak bisa berkata apa-apa. Bahkan tidak ada air mata yang mengalir.
Ketika memandikan jenazahnya, Amit terdiam. Ami memeluk tubuh Iman yang sudah dingin dengan begitu erat dan tak mau melepaskannya hingga akhirnya orang tua Iman mencoba meminta Ami agar tabah menghadapi semua ini.
Setelah dikuburkan, Ami tetap terdiam. Ia berdoa khusyuk di depan kuburan Iman.
Sampai seminggu ke depan, Ami tak punya nafsu makan. Ia hanya makan sedikit. Ia pun tak banyak bicara. Menangis pun tidak. Skripsinya terlantar begitu saja. Orangtua Ami pun semakin cemas melihat sikap anaknya tersebut.
Akhirnya bapaknya Ami memarahi Ami. Sang bapak sengaja menekan anak tersebut supaya ia mengeluarkan air mata. Tentu berat bagi Ami kehilangan orang yang dicintainya, tapi tidak mengeluarkan air mata sama sekali. Rasanya beban Ami belum dikeluarkan.
Setelah dimarahi oleh bapaknya, barulah Ami menangis. Tumpahlah semua kesedihan hatinya. Setidaknya, satu beban telah berkurang.
…tiga bulan kemudian…
Skripsi Ami belum juga kelar. Orangtuanya pun tidak mengharap banyak karena sangat mengerti keadaan Ami. Sepeninggal Iman, Ami masih terus meratapi dan merasa Iman hanya pergi jauh. Nanti juga kembali, pikirnya.
Di dalam wajah sendunya, tiba-tiba ada seorang pria yang tertarik melihat Ami. Satria namanya (bukan nama sebenarnya). Ia tertarik dengan paras Ami yang manis dan pendiam. Satria pun mencoba mencaritahu tentang Ami dan ia mendengar kisah Ami lengkap dari teman-temannya.
Setelah mendapatkan berbagai informasi tentang Ami, ia coba mendekati Ami. Ami yang hatinya sudah beku, tidak peduli akan kehadiran Satria. Beberapa kali ajakan Satria tidak direspon olehnya.
Satria pun pantang menyerah, sampai akhirnya Ami sedikit luluh. Ami pun mengajak Satria ke kuburan Iman. Disana Ami meminta Satria minta ijin kepada Iman untuk berhubungan dengan Ami. Satria yang begitu menyayangi Ami menuruti keinginan perempuan itu. Ia pun berdoa serta minta ijin kepada kuburan Iman.
Masa pacaran Ami dan Satria begitu unik. Setiap ingin pergi berdua, mereka selalu mampir ke kuburan Iman untuk minta ijin dan memberitahu bahwa hari ini mereka akan pergi kemana. Hal itu terus terjadi berulang-ulang. Tampaknya sampai kapanpun posisi Iman di hati Ami tidak ada yang menggeser. Tetapi Satria pun sangat mengerti hal itu dan tetap rela bersanding disisi Ami, walaupun sebagai orang kedua dihati Ami.
Setahun sudah masa pacaran mereka. Skripsi Ami sudah selesai enam bulan yang lalu dan ia lulus dengan nilai baik. Satria pun memutuskan untuk melamar Ami.
Sebelum melamar Ami, Satria mengunjungi kuburan Iman sendirian. Ini sudah menjadi ritual bagi dirinya. Disana ia mengobrol dengan batu nisan tersebut, membacakan yasin, sekaligus minta ijin untuk melamar Ami. Setelah itu Satria pulang, dan malamnya ia melamar Ami.
Ami tentu saja senang. Tapi tetap saja, di hati Ami masih terkenang sosok Iman. Ami menceritakan bagaimana perasaannya ke Satria dan bagaimana posisi Iman dihatinya. Satria menerima semua itu dengan lapang dada. Baginya, Ami adalah prioritas utamanya. Apapun keinginan Ami, ia akan menuruti semua itu, asalkan Ami bahagia.
Ami pun akhirnya menerima lamaran Satria.
…beberapa bulan setelah menikah…
Di rumah yang damai, terpampang foto perkawinan Ami dan Satria. Tak jauh dari foto tersebut, ada foto perkawinan Ami ukuran 4R. Foto perkawinan biasa, namun ada yang janggal. Di foto tersebut terpampang wajah Ami dan Iman.
Ya, Ami yang masih terus mencintai Iman mengganti foto pasangan disebelahnya dengan wajah Iman. Foto itupun terletak tak jauh dari foto perkawinan Satria dan Ami. Sekilas terlihat foto tersebut hasil rekayasa yang dibuat oleh Ami. Namun Satria mengijinkan Ami meletakkan foto tersebut tak jauh dari foto perkawinan mereka.
Bagaimanapun Ami tetap akan mencintai Iman sekaligus mencintai Satria, suami tercintanya. Dan Satria merupakan pria yang memiliki hati sejati. Baginya, cinta sejatinya adalah Ami. Apapun yang Ami lakukan, ia berusaha menerima semua keadaan itu. Baginya tak ada yang perlu dicemburui dari batu nisan. Ia tetap menjalankan rumah tangganya dengan sakinah, mawaddah dan warramah, hingga saat ini…
Mendengar cerita diatas, terus terang saya merasa sedih, terharu, sekaligus miris. Saya kagum dengan sosok Satria yang ternyata benar-benar mencintai Tante Ami. Saya juga mengerti kepedihan Tante Ami ketika ditinggalkan tunangannya. Tentu rasanya sulit ditinggalkan oleh orang yang sudah membekas dihati.
Akankah ada pria-pria seperti Satria? Saya harap semoga banyak pria yang akan tetap setia kepada seorang wanita, menerima mereka apa adanya.

Angin Menabuh Daun-daun

Cerita Pendek M. Arman AZ
Putri terbangun ketika malam telah bertengger di puncaknya. Dinyalakannya lampu kamar. Pukul dua dini hari. Di luar sana, kesunyian telah sempurna mengepung kota. Sayup-sayup terdengar suara tiang listrik dipukul seseorang. Digelitiki rasa penasaran, Putri melangkah menuju ruang tamu. Instingnya mengatakan ada kesibukan di sana. Tebakannya tak meleset. Dia mendapati Bapak masih bergelut dengan pekerjaannya. Kertas-kertas berserak di meja dan lantai. Ada bukit kecil di asbak, terbuat dari puntung-puntung rokok. Tiga gelas kopi yang sudah kosong, beku di dekat Bapak.
Putri memandangi sosok lelaki yang hanya mengenakan kaos oblong dan kain sarung itu. Dia tidak sadar kalau kacamatanya telah melorot ke hidung. Wajahnya tegang. Sekali waktu, jemarinya meniti huruf demi huruf di depan matanya. Begitu bersemangatnya dia, hingga tak sempat menyadari bahwa ketukan yang ditimbulkannya telah melahirkan nada yang tersendat-sendat, yang hampir tiap malam merusak kenyamanan tidur anaknya. Sekejap kemudian, dia menghentikan ketikannya. Diam mematung, tapi pikirannya seperti meraba dalam kegelapan. Mengetik lagi. Melamun lagi. Begitu terus-menerus. Ah, Bapak, desis Putri dalam hati.
Mesin tik tua itu sangat berharga bagi Bapak. Suatu hari, beliau pernah berkata bahwa dia lebih mencintai mesin tik itu ketimbang dirinya sendiri. Pendapat yang berlebihan, menurut Putri. Tapi, kalau sudah melihat bagaimana Bapak memperlakukan mesin tik itu, Putri benar-benar trenyuh. Inilah jalinan cinta terunik yang pernah dilihatnya. Sejujurnya, Putri sudah jenuh mendengar sejarah mesin tik itu. Sudah berkali-kali Bapak mengulangnya. Benda itu dibelinya dengan harga miring di pasar loak. Manakala kisahnya sampai pada asal-muasal uang untuk membeli mesin tik itu, makin berbinarlah mimiknya. Ya, ya, Putri sudah hafal luar kepala. Dari hasil menyisihkan honor tulisan, akhirnya dia bisa memiliki mesin tik yang lama menggoda dalam mimpinya.
Begitulah. Mungkin usia mesin tik itu jauh lebih tua dari Putri yang kini duduk di bangku sekolah menengah umum. Setiap melihat mesin tik itu, Putri seperti melihat sosok seorang pensiunan tua. Di sisa hidupnya, tidak semestinya dia masih bekerja membantu Bapak menghasilkan tulisan-tulisan. Gudang adalah tempat yang nyaman untuk benda antik itu.
Tapi tidak. Bapak sungguh telaten merawat mesin tik itu. Sejarah, mungkin, membuat cinta Bapak tak pernah layu. Sudah beberapa kali Bapak mereparasi kekasihnya itu. Tahun-tahun belakangan ini, dia mulai rewel. Ada saja kerusakan yang terjadi, seperti pita yang kerap lepas dari tempatnya atau huruf yang tercetak miring. Tapi, Bapak sabar meladeninya. Jika dia merasa sanggup memperbaiki kerusakan itu, pasti dikerjakannya sendiri. Kalau dia menyerah, dia tidak sungkan membawanya ke tempat servis.
*****
Akhirnya, bayangan yang Putri takutkan itu menjadi kenyataan. Guru-guru di sekolah membuktikan ancamannya. Mulai hari ini mereka menggelar aksi mogok mengajar sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Ini benar-benar sebuah mimpi buruk. Bagaimana tidak, semua guru di kotanya, bahkan di kota-kota lainnya, serempak melakukan aksi serupa. Mereka bersikeras agar pemerintah pusat merealisasikan tuntutan mereka. Ah, begitu banyak cara menyikapi suatu persoalan. Inilah pilihan terbaik di antara yang terburuk.
Seumpama macan yang terusik tidurnya, guru-guru di sekolah Putri menggeliat dari kepasrahan yang lama melilit mereka. Mulai hari ini, hampir seluruh sekolah di negeri Putri lumpuh total. Tidak ada kegiatan belajar mengajar. Guru-guru mogok massal. Sejak pagi hingga siang hari, orang-orang dipaksa menyaksikan pemandangan yang entah heroik atau menyedihkan itu. Guru-guru dengan pakaian korps lengkap, berbondong-bondong menuju gedung wakil rakyat. Mereka ingin menyampaikan aspirasi di sana . Mereka masih sempat tersenyum dan memekikkan yel-yel, tapi sesungguhnya air mata menetes dalam batin mereka.
Sudah hari keempat Putri dan teman-temannya terlantar. Beberapa guru memang tampak hadir di sekolah, tapi mereka tetap enggan memberi pelajaran. Mereka hanya duduk-duduk di ruang guru. Berbincang dengan raut muka tegang. Mereka tetap berkeras agar pemerintah segera membayar rapel gaji mereka yang terus-menerus ditunda. Murid-murid bingung. Kalau begini jadinya, pihak mana yang harus disalahkan?
"Teman-teman, sudah beberapa hari ini kelas kita melompong tanpa guru. Rasanya hal ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Kita harus melakukan sesuatu."
"Tapi, tindakan apa yang bisa kita lakukan?"
"Saya yakin kita semua sudah mengerti masalah apa yang menimpa guru kita, bukan?"
Sebagian dari mereka mengangguk mengiyakan.
"Kita semua tahu, menekuni profesi sebagai pendidik di negeri ini begitu dilematis. Tidak usahlah saya jelaskan panjang lebar. Ini sudah jadi rahasia umum. Apalah artinya gaji guru dibanding kebutuhan hidup mereka? Belum lagi potongan di sana-sini. Kalau dulu, kita menganggap guru adalah pekerjaan yang luhur dan mulia, tapi sekarang, kita telah melihat kenyataan bahwa guru tak jauh beda dengan sapi perah."
Rapat terus bergulir. Ketika jam istirahat tiba, seisi kelas membentuk kelompok-kelompok kecil. Mereka berunding mencari jalan keluar. Ternyata membahas apa yang bisa mereka lakukan sebagai bentuk solidaritas murid kepada guru bukanlah masalah yang mudah.
Dari sekian banyak usulan, semuanya mengerucut pada satu kesimpulan. Anak-anak itu bermaksud menyumbangkan uang kas kelas pada guru mereka. Sejumlah uang itu tentulah tidak sebanding dengan kebutuhan hidup seorang guru. Tapi masalahnya, dari sekian banyak guru di sekolah itu, siapakah yang lebih berhak menerima pemberian itu?
*****
Sejak perceraian yang menyakitkan itu terjadi, Bapak memuntahkan esedihannya lewat tulisan. Dia seperti kesurupan kalau sudah di depan mesin tik. Jemarinya melompat-lompat begitu liar, seliar ide dan imajinasi yang ada di benaknya. Dia benar-benar produktif berkarya. Putri memutuskan ikut Bapak. Biarlah dua adiknya yang masih kecil ikut Ibu. Putri ingin belajar pada Bapak bagaimana menghayati hidup dengan sederhana dan bersahaja. Diam-diam, Putri pun bercita-cita ingin seperti Bapaknya.
*****
Angin menabuh daun-daun. Terik matahari begitu menyengat. Debu-debu beterbangan dibawa angin. Musim kemarau seakan enggan bersahabat pada manusia di muka bumi.
Dari balik bingkai jendela, Putri memandangi daun-daun yang menguning dan berguguran di halaman rumahnya, dihalau angin kemarau. Putri mendesah gamang. Aduhai, lihatlah daun-daun itu. Seburuk apa pun mereka diperlakukan cuaca, mereka akan kembali menjadi humus yang menyuburkan. Tapi, kenapa kadangkala hidup tak sesuai dengan apa yang diharapkan?
Putri hanya mengurung diri dalam kamar ketika Bapak sedang meladeni beberapa tamunya. Sayup-sayup didengarnya percakapan antara Bapak dengan mereka. Hati gadis belia itu seperti disayat-sayat.
"Pak Sukri, kami harap Bapak berkenan menerima pemberian kami ini, sebagai rasa simpati kami semua terhadap perjuangan Bapak."
"Kami mohon Bapak tidak berkecil hati. Tidak ada maksud kami melecehkan profesi Bapak. Kami tahu Bapak adalah guru dengan idealisme tinggi. Kami juga tahu, kami tidak akan pernah bisa membalas jasa Bapak. Hanya ini yang bisa kami berikan sebagai tanda terima kasih kami."
Sungguh, ingin rasanya Putri menjerit sekuatnya. Tapi sebisa mungkin dia tahan. Putri tidak tahu bagaimana menghadapi kenyataan ini. Putri ingin lari sejauh mungkin. Lari dari kepedihan yang menghimpit jiwanya. Ah, hidup memang kejam. Sesengit apa pun meladeninya, tetap saja mereka terpojok. "Tuhan, seperti apakah posisi kami di hadapanMu sesungguhnya?" gugat Putri dalam hati.
*****
Putri terbangun ketika malam telah bertengger di puncaknya. Dinyalakannya lampu kamar. Pukul dua dini hari. Dia merasa matanya sembab dan bengkak. Rupanya sejak sore tadi dia tertidur beralaskan bantal yang basah oleh airmata. Di luar sana, kesunyian telah sempurna mengepung kota. Sayup-sayup terdengar suara tiang listrik dipukul seseorang. Digelitiki rasa penasaran, Putri melangkah menuju ruang tamu. Tebakannya tak meleset. Dia mendapati Bapak masih berkutat menyelesaikan pekerjaannya. Kertas-kertas berserak di meja dan lantai. Ada bukit kecil di asbak, terbuat dari puntung-puntung rokok. Tiga gelas kopi yang sudah kosong membeku di dekat Bapak.
Tiba-tiba suara mesin tik berhenti. Menyadari ada yang sedang memperhatikannya, Bapak melirik Putri yang berdiri di dekatnya. Dari balik kaca mata tebal itu, Putri masih dapat melihat jendela hati Bapak yang kuyu. Mungkin, dia sedang sebisa mungkin menahan rasa sedih dan kecewa. Ah, betapa ketabahanku tidak ada apa-apanya dibandingkan ketabahan Bapak. Putri mendesah samar.
Dengan suara tersendat-sendat seperti caranya mengetik, Bapak menceritakan kedatangan teman-teman Putri sore tadi. Putri benar-benar bingung. Mulutnya serasa terkunci.
"Kamu masih percaya bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, Putri?" tanya Bapak di penghujung ceritanya. Suaranya berat dan gamang. Pertanyaan itu membuat Putri terkejut. Dia tidak menyangka Bapak akan bertanya seperti itu. Ragu-ragu ditatapnya Bapak. Tapi Bapak malah balik menatap Putri dengan mimik menunggu. Putri hafal tatapan itu. Tatapan seorang guru yang menunggu jawaban dari muridnya. Putri gugup, menelan ludah seperti menelan sebutir paku. Pak Guru Sukri masih menunggu jawaban dari muridnya.
Puti diam. Pak Sukri pun diam. Detik-detik berlalu dalam kebisuan. Tak ada angin berembus. Sunyi menciptakan jarak yang terasa panjang dan menyakitkan.
"Mulai detik ini, belajarlah untuk melupakannya, anakku. Itu cuma omong kosong," pinta Pak Sukri pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Suaranya terasa getir dan parau. Sangat parau.
***

                                                                      the end